banner 728x90
Meja Goyang Tutup, Penambang Kecil Bagaikan Tikus Mati Di Lumbung Padi - Kantor Berita Indonesia

Meja Goyang Tutup, Penambang Kecil Bagaikan Tikus Mati Di Lumbung Padi

SPBU 24.331.116 Bacang Kota Pangkalpinang Rayakan HUT RI ke-79 dengan Upacara Bendera dan Tarik Benang Berhadiah Bersama Pelanggan

Suasana di Belitung, sejak terpuruk nya harga timah dan ditutup nya sebagian besar smelter, Belitung bagaikan kota Mati, (16/09/2024)

Kbrina.com-Belitung, Suasana tenang dan nyaman beberapa bulan terakhir yang dirasakan oleh penambang kecil di pulau Belitung dan belitung timur seketika mencekam , Penyebabnya adalah : tidak ada nya lagi pembelian Pasir Timah serta ada kabar akan tutupnya kegiatan meja goyang timah untuk waktu yang cukup lama.

warga masyarakat Dua Kabupaten masih berharap sepenuhnya dengan Komoditas Timah sebagai sektor unggulan, tidak kurang dari 35 persen masyarakat masih bergantung hidup dari Sektor Tambang timah skala kecil.

Awak media turun ke beberapa Titik kecamatan, untuk melihat dan mendengar langsung seperti apa fakta-fakta di lapangan agar bisa disampaikan secara luas kepada seluruh pemangku jabatan di Provinsi Bangka Belitung. Minggu (15/09/2024).

AD, salah satu warga yang ada di Kecamatan Membalong menginformasikan kami, warga kecil lah yang menjadi korban apabila kolektor timah dan meja goyang akan berhenti beroperasi.

“Kami menambang mengunakan alat yang paling sederhana serta paling murah, cukup menyiapkan mesin robin kapasitas 7 PK sudah bisa bekerja, bahan bakar 5 Sampai 10 liter bisa kerja dari pagi sampai sore.

“apabila memang benar kolektor berhenti membeli timah, kami lah yang akan menderita terkait kemana akan menjual pasir timah yang kami dapatkan, selama ini kami sangat terbantu dengan aktifitas meja goyang dalam hal pembelian pasir timah, saya berharap kepada seluruh pejabat-pejabat agar sesegera mungkin Carikan solusi dikarenakan anak anak kami butuh kehidupan serta pendidikan yang layak” harap AD.

Wt seorang perempuan setengah baya membawa mangkok berwarna hijau kecil yang berisi Timah berkisar 4 kiloan ikut bercerita.

“Ini hasil saya melimbang/mengambil timah dari ujung sakkan selama 3 hari kemarin, sudah kurang lebih empat Desa saya lalui untuk mencari meja goyang yang buka, alhamdulilah belum ketemu meja buka bang,” ujar Wt

Wt yang merupakan warga dusun aik malik lanjut bercerita kenapa bisa seperti ini bang, keadaan pertimahan sekarang tanyanya.

“Timah dalam mangkok inilah harapan satu satunya untuk membeli beras Serta lauk untuk makan Sekeluarga” ungkapnya lirih.

Ditempat yang berbeda, seorang kolektor timah awalnya enggan bercerita saat didekati awak media dan terkesan irit bicara, setelah awak media menyampaikan maksud dan tujuan akhirnya mau buka suara.

“Saya bukan tidak mau buka bang (meja goyang.. Red), tapi butuh kepastian Smelter mana yang mau menerima timah yang kami beli dari masyarakat, kami juga punya keterbatasan modal usaha uang untuk operasional pembelian pasir timah bang,

“Kami juga butuh kepastian keamanan jangan pas kami buka tahu-tahu sudah rame di media sosial tentang pemberitaan meja goyang bang, kalau tidak ada kepastian keamanan berusaha dan siapa yang akan membeli pasir timah. Kami kolektor dibawah tidak bisa juga berbuat banyak,” ujar As mengakhiri pembicaraan.(*Ist)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *