Pernyataan Bambang Patijaya yang akrab di sapa BPJ, untuk mendukung hilirisasi terutama dekomoditas nikel, merupakan suatu hal yang patut di apresiasi. Pernyataan tersebut di sampaikan beliau ketika menjadi narasumber di acara diskusi dengan tema “Masa Depan Hilirisasi Nikel di Indonesia: Penguatan Kelembagaan dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat”. Acara tersebut di selenggarakan di DPP Partai Golkar, Jakarta pada hari Jumat tanggal 25 Oktober 2024.
Sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia serta cadangan nikel juga terbesar di dunia, sudah selayaknya Indonesia menjadi pemain utama dalam menentukan kebijakan strategis dalam perdagangan nikel yang mampu memberikan manfaat sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Salah satunya adalah kemampuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% sesuai dengan cita – cita pemerintah. Dengan pertumbuhan tersebut, maka dampak ganda akan dapat dirasakan masyarakat melalui lapangan kerja dan peuang ekonomi lainnya.
Produksi nikel Indonesia terus bertumbuh. Pada tahun 2010, produksi nikel Indonesia adalah 236 ribu ton atau berkontribusi 15% dari produksi dunia. Namun pada tahun 2023, produksi nikel Indonesia telah bertumbuh 9 kali lipat menjadi 2,030 ribu ton atau 56% dari total produksi dunia. Pada tahun 2023, nilai ekspor nikel Indonesia adalah USD 6,8 juta dimana mengalami kenaikan 14% dari tahun 2022 dengan nilai ekspor nikel sebesar USD 6 juta.
Pertumbuhan yang signifikan ini tidak lepas dari investasi pembangunan pabrik nikel di tanah air. Saat ini, Indonesia telah memiliki 44 pabrik peleburan dan pada tahun 2023 telah mencatat produksi sebanyak 22,93 juta ton yang tersebar di lima provinsi. Pabrik peleburan ini terus betambah dimana terdapat 19 pabrik yang sedang tahap konstruksi dan 7 pabrik dalam tahap studi kelayakan.
Keinginan untuk mendirikan pabrik nikel tidak lepas dari keberadan cadangan nikel Indonesia yang besar serta kebutuhan industri akan komoditas nikel. Menurut United States Geology & Survey (USGS), cadangan nikel Indonesia adalah 21 juta ton yang berkontribusi 22% terhadap total cadangan nikel dunia.
Sedangkan kebutuhan nikel saat ini digunakan dunia untuk industri baja dan kendaraan listrik berbasis batere. Adapun pabrik peleburan nikel di Indonesia, 40 peleburan diantaranya menggukan metode Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang menggunakan bijih saprolite dengan produk turunannya adalah baja.
Sedangkan 4 peleburan adalah High-Pressure Acid Leach (HPAL) yang menggunakan bijih limonite yang produk turunannya adalah kendaraan listrik berbasis batere.
Dibalik gemerlapnya hilirisasi ini, yang menjadi tantangan selanjutnya adalah:
1). seberapa daya tahan suplai nikel sebagai input buat pabrik peleburan tersebut? Menurut penelitian Professor Tarasankar DebRoy dari Pennsylvania State University, Amerika Serikat dan John Elmer dari Lawrence Livemore National Laboratory, California, Amerika Serikat , mengkaji lifetime komoditas logam di seluruh dunia. Hasil riset tersebut menyebutkan bahwa komoditas nikel salah satu komoditas yang akan menipis cadangannya (ore shortage) pada pertengahan abad ini. Hal ini belum termasuk percepatan konsumsi dengan bertambannya permintaan di sektor mobil listrik,
2). Harga nikel yang transaksinya dominan di Indonesia. Untuk memastikan program hilirisasi berjalan baik, maka Indonesia perlu untuk ambil bagian dalam membentuk rujukan harga nikel dunia yang memberikan manfaat sebesar – besarnya untuk kepentingan bangsa. Sehingga program hilirisasi ini dapat memberikan manfaat lebih besar dengan mengoptimalkan pendapatan negara melalui kebijkan penetapan harga (reference price) yang objektif.
Kelayakan Indonesia sebagai pemain kunci untuk menentukan harga komoditas nikel tidak lepas dari beberapa aspek yang telah terpenuhi. Menurut Neharika Sobti, Professorkeuangan dan bisnis, University of Delhi, India, bahwa salah satu faktor utama dalam penentuan penetapan harga tersebut bahwa volume perdagangan yang besar terhadap komoditas tersebut dan harga komoditas yang volatil di pasar spot.
Volume perdagangan bijih nikel di Indonesia yang mempengaruhi produk peleburan nikel, sangat besar. Volume produksi bijih nikel Indonesia tahun 2023 adalah 193,5 juta ton, dimana terjadi kenaikan sebanyak 97% dari tahun 2022 yang produksinya sebesar 91,19 juta ton.
Sedangkan harga yang volatil, dapat di amati dari pergerakan harga nikel sangat dinamis di bursa London Metal Exchange (LME). Salah satu bukti pergerakan dinamis ini di tandai terjadi beberapa kali bubble dari tahun 1990 – 2023. Peneliti dari Qingdao University, Cina, menyimpulkan bahwa bubble tersebut disebabkan oleh naiknya permintaan dan geopolitik.
Harga yang volatil merupakan tantangan yang harus di antisipasi oleh pelaku tambang dan pabrik pengolahan. Sebagai investor pabrik, dimana sebagian besar pabrik pasokannya tergantung dari luar (resource-dependent factories), maka kenaikan harga produksi tambang akan dibebankan kepada pabrik melalui kenaikan harga. Hal ini dapat mengganggu pasokan dari tambang ke pabrik atau kenaikan harga (premium price) yang dapat menggerus keuntungan pabrik. Untuk itu, sebagai penghasil nikel terbesar di dunia,maka Indonesia perlu menata jaringan rantai perdagangan nikel (nickel chain trade network) yang baik untuk menjaga kestabilan harga.
Situasi geopolitik global telah berkontribusi terhadap kenaikan harga nikel. Perang RusiaUkraina telah memaksa Rusia memblokade produksi nikel dunia yang menganggu pasokan nikel dunia.
3). Peraturan, dimana salah satu yang menjamin keberlangsungan hilirisasi adalah dukugan dari peraturan peraturan yang menjamin kepastian berinvestasi. Salah satu masalah kebijakan yang terjadi di tahun 2024 adalah keterlambatan penerbitan Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) dimana menjadikan kelanggan pasokan bijih (ore shortage).
Hal ini mendorong pemerintah harus mengimpor bijih nikel dari Filipina dan Australia untuk memastikan pasokan ke pabrik sebanyak 374 ribu ton.