Kbrina, Boyolali – Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Gagaksipat yang terletak di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, kini menjadi contoh terbaik dalam program makan bergizi gratis (MBG) di Indonesia. Wakil Kepala Staf Kepresidenan, Muhammad Qodari, mengunjungi dapur SPPG tersebut untuk menilai kualitas operasional yang dikelola oleh Yayasan Bangun Gizi Nusantara, yang dipimpin oleh pengusaha kuliner Puspo Wardoyo.
Dalam kunjungannya, Qodari mengungkapkan bahwa pengelolaan dapur di SPPG Gagaksipat sudah sangat terorganisir dengan baik dan memenuhi standar tinggi. “Dapur di sini memisahkan bahan baku seperti daging, sayuran, dan buah, serta sistem aliran air yang sudah didesain untuk meminimalkan risiko kontaminasi. Semua peralatan masak juga terstandarisasi dengan baik,” ujar Qodari.
Puspo Wardoyo, yang juga pemilik Wong Solo Grup, menyatakan bahwa pengelolaan dapur yang baik memerlukan pengalaman dan sistem yang tepat. Dengan pengalaman puluhan tahun dalam industri kuliner, ia memastikan bahwa dapur ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengelola makanan bergizi.
Kebersihan dapur menjadi prioritas utama di SPPG Gagaksipat. Lantai dapur yang didesain tanpa nat menjadi salah satu upaya untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Selain itu, makanan yang dihasilkan tidak hanya bergizi tetapi juga memiliki rasa yang enak. “Anak-anak yang menerima makanan bergizi tidak hanya membutuhkan gizi yang cukup, tetapi juga makanan yang lezat,” tambah Qodari.
Program makan bergizi gratis ini baru dimulai di Indonesia, dan SPPG Gagaksipat di Boyolali menjadi salah satu contoh terbaik. Qodari berharap, dengan adanya dapur seperti ini, daerah lain dapat segera menyesuaikan diri dan mengadopsi sistem yang ada untuk meningkatkan kualitas program makan bergizi gratis di seluruh Indonesia.
Puspo Wardoyo juga menyatakan kesiapan untuk membantu pemerintah dalam mempercepat penyebaran program ini ke daerah-daerah lain. “Kami siap untuk mendukung agar program ini dapat dijalankan dengan baik di berbagai wilayah, dengan menggunakan standar yang sama,” ungkap Puspo.